BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System Perekonomian yang ada di
Indonesia begitu banyak, sehingga perlu adanya kebijakan-kebijakan. Apabila
suatu kegiatan usaha ekonomi yang kita lakukan tentu ada hal-hal yang harus
kita penuhi. Perekonomian suatu negara ada pembagian dua system, perekonomian
tertutup dan terbuka. Dalam perekonomian tertutup juga dikenal dengan kebijakan
pemerintah atau tanapa kebijakan pemerintah. Dan dalam hal ini kita akan
membahas mengenai Perekonomian tertutup tanpa kebijakan pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan Ruang Lingkup
Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah !
2. Bagaimana Fungsi Konsumsi dan Tabungan ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan Ruang Lingkup
Perekonomian Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah.
2. Mengetahui Fungsi Konsumsi dan Tabungan.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup
Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Dalam
membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran,
perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas :
(1) Perekonomian Tertutup (closed economy), yang meliputi atas
perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan perekonomian tiga sector,
(2) Perekonomian Terbuka (opened economy).
Perekonomian
dua sector adalah perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C) dan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
produsen(firm) yang biasanya disebut investment
(I).[1]
Keseimbangan perekonomian sederhana
atau dua sector dapat dituliskan dengan notasi berikut.
Y
= C+1…………………………………………………………………………………..( 3.1)
Persamaan
ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) sama dengan output
yang dijual (C+1).
Jika
sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan digunakan
untuk menabung (saving atau diberi
notasi S) maka dapat ditulis:
Y=
C+S……………………………………………………………………………………...(3.2)
Sehingga
identitas (3.1) dan (3.2) dapat digunakan menjadi :
C+1
= C+S……………………………………………………………………………………(3.3)
Identitas
(3.3) mencerminkan komponen penerimaan (C+S) sama dengan komponen pengeluaran
(C+1). Identitas untuk persamaan (3.3) dapat dirumuskan kembali untuk melihat
hubungan antara tabungan dan investasi.. dengan memperoleh konsumsi dari setiap
sisi dari persamaan (3.3) sehingga diperoleh :
1=Y-C=S………………………………………………………………………………………(3.4)
Persamaan
diatas menunjukkan bahwa dalam perekonomian sederhana tabungan identik dengan
pendapatan dikurangi konsumsi.
b. Fungsi
Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi dan Konvensional
Dalam
perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasilkan rumah tangga
konsumen (household) merupakan sisi pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi
rumah tangga (household) merupakan sisi pengeluaran.
Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan
(C=f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut:
C=
a+bY…………………………………………………………………………………………(3.5)
Dimana :
C = besarnya pengeluaran konsumsi rumah
tangga
a = besarnya konsumsi yang tidak
menguntungkan pada jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan.
b = marginal
propensity to consume (MPC = C/ Y) atau hasrat marginal dari masyarakat
untuk melakukan konsumsi
Y = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi )
a>0 dan 0 < b < 1
Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan
pendapatan (MPC) lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga
akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan
perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari
satu mencerminkan kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari
kenaikan pendapatan.
Selain itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average
Propensity to consume (APC) yang merupakan perbandingan antara konsumsi yang
dilakukan dengan tingkat pendapatan disposble (APC= C/Y) akan mengalami penurunan sebagai
akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari pandangan Keynes yang lain yang
menyatakan pendapatan merupakan penentu / determinan konsumsi yang terpenting
dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Menurut Keynes pengaruh
tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
Fungsi
konsumsi Keynes dapat digambarkan pada sebuah kurvasebagai berikut :
Y=C
C
C1
C2
Y1
Y2 Y
Gambar
Fungsi Konsumsi Keynes
Berdasarkan
gambar diatas jika terjadi kenaikan dari Y1 ke Y2 atau sebesar ( Y) akan
mengakibatkan kenaikan konsumsi sebesar C1 ke C2 atau sebesar C, terlihat pula proporsi kenaikan pendapatan
lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan konsumsi.
Jika
dikaitkan dengan keseimbangna perekonomian dengan hanya memp[erhatikan sector
konsumsi yang dilakukan dirumah tangga konsumen (household), maka diperoleh persamaan seperti dihalaman berikut ini
Y=
C………………………………………………………………………………….(3.6)
Dan C sesuai dengan persamaan
(3.5), maka diperoleh keseimbangan perekonomian :
Y=
a+bY………………………………………………………………………………(3.7)
Jika diselesaikan persamaan
tersebut, maka diperoleh persamaan :
Y = (1/1-b)a……………………………………………………………………………(3.8)
Dimana : 1/1-b merupakan multiplier dalam perekonomian yang hanya
memasukkan unsure konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen.
Terkait
dengan model fungsi konsumsi yang dikemukakan Keynes tersebut, kemudian muncul
beberapa pandangan yang mengomentari fungsi konsumsi yang dikemukakan Keynes
antara lain dapat dikemukakan (Mankiw, 2000 ) sebagai berikut :
1. Franco Modigliani dengan Hipotesis
Daur Hidup (life cycle hyphothesis )
Modigliani
menekankan bahwa tingkat pendapatan bervariasi secara sistematis selama
kehidupan seseorang yang dapat menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya.
Fungsi konsumsi yang ditawarkan sebagai berikut :
C
= (W+RY)/T…………………………………………………………………(3.9)
Dimana
:
W
= Kekayaan
Y
= pendapatan
T
= periode lama hidup
R
= masa pension
Persamaan
konsumsi (3.9) dapat ditulis sebagai berikut :
C
= (1/T) W+ (R/T) Y…………………………………………………………….(3.10)
Contoh
Seseorang
mengharapkan hidup selama 60 tahun dan
bekerja selama 30 tahun, maka T = 60
dan R = 30 maka fungsi konsumsinya :
C
= 0,017 W+ 0,5 Y
Persamaan ini menyatakan bahwa
konsumsi sangat bergantung pada pendapatan dan kekayaan. Pendapatan ekstra
sebesar Rp 1 per tahun akan meningkatkan konsumsi sebesar Rp 0,5 per tahun kekayaan ekstra senilai Rp 1
akan meningkatkan konsumsi sebesar Rp 0,017 per tahun. Maka dapat dituliskan :
C
= αW+βY…………………………………………………………………………(3.11)
Dimana
:
α
= kecendrungan mengkonsumsi marginal dari kekayaan
β
= kecendrungan mengkonsumsi marginal dari pendapatan
2. Milton Friedman dengan Hipotesis
Pendapatan Permanen (permanent income
hyphotheis)
Menurut Friedman pendapat (Y)
merupakan penjumlahan antara pendapatan permanen (Yp) dan pendapatan
Transitoris (Y1). Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah bagian
pendapatan yang diharapkan orang tetap terus bertahan dimas depan. Sedangkan
pendapatan transitoris adalah bagian pendapatan yang tidak diharapkan terus
bertahan, konsumsi seharusnya bergantung pada pendapatan permanen sehingga
persamaan untuk fungsi konsumsi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut;
C = α
Yp…………………………………………………………………………………..(3.12)
Dimana :
α = bagian dari pendapatan permanen
yang dikonsumsikan
Yp = pendapatan permanen
c.
Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan
Tabungan
Mengacu pada pandangan
Keynes yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tanngga konsumen
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat
menjadi (1) pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal asset yang
terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes / golongan
kaya) dan (2) pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan
dengan YL (lower classes / golongan
miskin). Menurut Khan (1995) dibagi dua bentuk atas pengeluaran (1) konsumsi
yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan dengan
notasi E1 dan (2) konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan
Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dengan E2. Berdasarkan tersebut Khan,
menawarkan fungsi konsumsi
C* = Aθ+AuYu……………………………………………………………………………(3.14)
C
a
1
E2
aθ
Yu Y = income
d.
Pandangan Metwally tentang fungsi Konsumsi dan
Tabungan
Dalam
mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif islam, Metwally menggunakan beberapa
pendekatan hipotesis teori yang dapat dijelaskan secarasederhana sebagai
berikut :
Hipotesis
pendapatan Mutlak
Hipotesis ini menyatakan bahwa
konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada periode tersebuut.
Naiknya opendaopatan akan meningkatkan konsumsi, tetapi peningkatan konsumsi
lebih kecil dari peningkatan pendapatan.
Metwally
(1995) memasukkan peranan zakat terhadap
fungsi konsumsi, untuk menyederhanakan masalahdianggap besarnya zakat ditunjukkan
oleh fungsi :
Z
=αY…………………………………………………………………… …(3.16)
Dimana
:
0
< a < 1
Selain
itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan pemabayaran zakat dan (1-β) Y adalah pendapatan penerima zakat,dimana :
0
< β < 1
Dimisalkan
pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima zakat, dimana :
0
< b < ϐ < 1
Berdasarkan
hal itu maka fungsi konsumsi dalam ekonomi islam menjadi :
C
= a+b (βY-αY)+ϐ[(1-β)Y+αY]……………………………………………………..(3.17)
Dimana
:
a
+ b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk pembayaran zakat
ϐ[(1-β)
Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat
Hipotesis pendapatan
Relatif (the Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis
ini menyatakan konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siapkonsumsi pada
masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya ( pendapatan masa puncak atau
Yp).
C
= a + b (βY-αY) +δ[(1-β)Y+αY]
Y
= C + S
e.
Pandangan Munawar Iqbal tentang Konsumsi
Iqbal
dalam catatannya ‘ Zakat, Moderation, and Aggregate Consumption in an Islamic
Economy’ (1985) mengulas beberapa tulisan ia memulai dengan persamaan yang sama
C = a0 + cY, ia menyederhanakan yang lainnya untuk penggunaannya.
Fungsi Investasi dengan
Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah
kemampuan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian..[2]
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
a) Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu
pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi
lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan perusahaan.
b) Investasi residensial (residensial investment), yaitu
pengeluaran untuk mendirikan rumah temapat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.
c) Investasi persedian (intervetory investment) yaitu berupa pertambahan nilai stok
barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain yang belum
diproses produksi pada akhit tahun
perhitungan pendapatan nasional.
Fungsi Investasi dengan
Pendekatan Ekonomi Islam
Perbedaan dengan pendekatan ekonomi konvensional karena fungsi investasi dalam
ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak
berlaku dalam pendekatan ekonomi islam.
Menurut Metwally (1995), investasi dinegara-negara
penganut ekonomi islam dipengaruhi 3 faktor (1) ada sanksiterhadap pemegang
asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding
idle asset) ; (2) dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala
macam judi ; (3) tingkat bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga
seorang muslim boleh memilih tiga alternative atas dananya, yaitu ; (a)
memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas ; (b) memegang tabungannya dalam
bentuk asset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata; atau (c)
menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek proyek yang menambah
persedian capital nasional).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Perekonomian tertutup tanpa kebijakan pemerintah
adalah Perekonomian dua sector yang merupakan perekonomian yang terdiri dari
pengeluaran yang dilakukan rumah tangga konsumen.
Investasi
merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan untuk memproduksi
barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Huda,
Nurul et al. Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis (2009). Kencana. Jakarta