I.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
& menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan
itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling
tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin?
v
Adakah teori –
teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
v
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
v
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin sejati?
v
Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini
adalah
·
Melatih
mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
·
Agar mahasiswa
lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis
ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode
kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan
dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya
tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan
kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada
pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di
lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering
kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa
ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
·
Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
·
Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
·
Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
·
Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
·
Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
·
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v
Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v
Ing Madya
Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v
Tut Wuri
Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi
tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak
berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis
simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka
satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya
memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan
yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat –
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi
sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Ø
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan
bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
Ø
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
Ø
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø
Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan
seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø
Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan
di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat
mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang
positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment,
berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih
terdapat gaya lainnya.
ü
Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü
Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
ü
Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan
yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung
bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
ü
Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan
berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler
telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan
diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin
bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan
ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang
berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah
hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur
tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power).
Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara
spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa
organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa
dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi
kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi
yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~
Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~
Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
~
Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~
Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai
kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana
seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian
timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan
keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah –
tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Q
Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q
Kemampuan untuk
fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Q
Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü
Peran
Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü
Leader® Berinteraksi
dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü
Liaison ® Menjalin suatu
hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3
peran juga yakni :
ü
Monitior ® Memimpin rapat
dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan.
ü
Disseminator ® Menyampaikan
informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü
Spokeman ® Juru bicara
atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu
:
ü
Enterpreneur ® Mendesain
perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü
Disturbance
Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun.
ü
Resources
Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.
ü
Negotiator ® Melakukan perundingan
dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana,
Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan
3A, yakni :
ü
Alighting ® Menyalakan
semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü
Aligning ® Menggabungkan
tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah
yang sama.
ü
Allowing ® Memberikan
keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang
baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan
bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna
kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang
menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan
bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali
atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang
Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan
dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat
mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam
keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki
serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v
Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya
atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah
proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu
tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi
inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar
serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai
beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan,
tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam
buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø
Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø
Pemimpin
focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø
Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame.
Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman
Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani
menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan
yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku
Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur
kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan
dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima
kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu
mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. ” I
don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be
leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”,dikatakan
dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika
Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda
atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat
tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji
bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin.
Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan
hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru
melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang
rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun – tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
Ø
Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
Ø
Q leader
berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
Ø
Q leader
berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
Ø
Q keempat
adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang
pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh
senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
·
Perubahan
karakter dari dalam diri (character chage).
·
Visi yang jelas
(clear vision).
·
Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh
suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan
berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John
Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day
I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always
it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian
masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan
kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh
kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati
bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang
mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian
masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah
diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local
masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan
local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami
masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di
wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal
pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana
agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti,
penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit
air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat
Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan
gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal
tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07
, tertanggal 27 desember 2007
BAB III
PENUTUP
III.1
KESIMPULAN
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki
dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan
pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
I.1
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan
lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan
kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati
& menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur
adalah impian setiap insan. Menciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling
tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri,
kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah
yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin
dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
I.2
RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :
v Bagaimana
hakikat menjadi seorang pemimpin?
v
Adakah teori –
teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
v
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin yang melayani?
v
Apa &
bagaimana menjadi pemimpin sejati?
v
Bagaimana
hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?
I.3
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini
adalah
·
Melatih
mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan
kreatifitas mahasiswa.
·
Agar mahasiswa
lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepemimpinan dan
kearifan lokal.
I.4 METODE PENULISAN
Dari banyak metode yang penulis
ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode
kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustakaan tapi dapat pula dilakukan
dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena
jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan
dan data – data tentang topik ataupun materi yang penulis gunakan untuk karya
tulis ini.
I.5 RUANG LINGKUP
Mengingat keterbatasan waktu dan
kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingkup karya tulis ini terbatas pada
pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lokal
.BAB II
PEMBAHASAN
II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di
lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering
kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa
ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
·
Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
·
Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
·
Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
·
Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
·
Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
·
Sedangakn
menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
v
Ing Ngarsa Sung
Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya
pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.
v
Ing Madya
Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan
berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
v
Tut Wuri
Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani
berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi
tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak
berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para
bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis
simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki
sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and
directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence,
respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”.
Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat
dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu
sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi
sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling, dsb.
II.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang
pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai
referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :
Ø
Teori
Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah
tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori
sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :
o Kecerdasan
Berdasarkan
hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas
kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
o Kedewasaan dan
Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di
dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal,
seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini
membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian
yang diyakini kebenarannya.
o Motivasi Diri
dan Dorongan Berprestasi
Seorang
pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta
dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian
tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
o Sikap Hubungan
Kemanusiaan
Adanya
pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
Ø
Teori
Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan
penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki
kecendrungan kearah 2 hal.
o Pertama yang
disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang
menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal
ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan.
o Kedua disebut
Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan
kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.
Jadi,
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula.
Ø
Teori
Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.
Ø
Teori
Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan
seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
Ø
Teori Kelompok
Agar tujuan
kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan
di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat
mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar motivasi ,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan
itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti
dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat
menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih
terdapat gaya lainnya.
ü
Otokratis
Kepemimpinan
seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan
dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
ü
Partisipasif
Lebih banyak
mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan yang diambil
tidak bersifat sepihak.
ü
Demokrasi
Ditandai adanya
suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan
keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri.
ü
Kendali Bebas
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari
orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu
gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan
orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi
dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan
gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi
tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap
membuat orang – orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan
berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler
telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan
diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin
bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan
ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel yang
berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah
hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader – member rolations), struktur
tugas (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power).
Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas)
pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara
spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa
organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa
dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi
kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut
dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey
dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing – masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi
yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya
yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya
dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara
seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu
bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah
~
Directing
Gaya tepat
apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum memiliki
pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda
berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan
apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi
over-communicating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan
dan pembuangan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan
aturan –aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di
lapangan harus menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.
~
Coaching
Pemimpin tidak
hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan
juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita
telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini
kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya,
dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan
mereka.
~
Supporting
Sebuah gaya
dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.
Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik – teknik yang
dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam
hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang – bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran –
saran mereka mengenai peningkatan kinerja.
~
Delegating
Sebuah gaya
dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya
kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya
telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka
menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai
kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana
seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian
timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan
keadaan dari orang – orang yang dipimpinnya.
Ditengah –
tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku
staf / individu yang berbeda – beda), maka untuk mencapai efektivitas
organisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang
perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
Q
Kemampuan
analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
Q
Kemampuan untuk
fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap
situasi.
Q
Kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada
bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga
kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran
interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
ü
Peran
Figurehead ® Sebagai simbol dari organisasi
ü
Leader® Berinteraksi
dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
ü
Liaison ® Menjalin suatu
hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
Sedangkan peran kedua terdiri dari 3
peran juga yakni :
ü
Monitior ® Memimpin rapat
dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan.
ü
Disseminator ® Menyampaikan
informasi, nilai – nilai baru dan fakta kepada bawahan.
ü
Spokeman ® Juru bicara
atau memberikan informasi kepada orang – orang di luar organisasinya.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu
:
ü
Enterpreneur ® Mendesain
perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
ü
Disturbance
Handler ® Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun.
ü
Resources
Allocator ® Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan
waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.
ü
Negotiator ® Melakukan
perundingan dan tawar – menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana,
Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan
3A, yakni :
ü
Alighting ® Menyalakan
semangat pekerja dengan tujuan individunya.
ü
Aligning ® Menggabungkan
tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah
yang sama.
ü
Allowing ® Memberikan
keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.
Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas
pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang
baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa
mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan
bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna
kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang
menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang seharusnya
dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan
bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali
atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
A. Karakter Kepemimpinan
Hati Yang
Melayani
Kepemimpianan
yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu
transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang
dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita
saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat
publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan
dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan
ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak
menurut Ken Blanchard dan kawan – kawan, ada sejumlah ciri –ciri dan nilai yang
muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan
utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya.
Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi
justru kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang
pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas ( accountable ). Istilah akuntabilitas
adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh
perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada public
atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan
dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat
mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam
keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
B. Metode
Kepemimpinan
Kepala Yang
Melayani
Seorang
pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki
serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter
dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal, justru
tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang
dipimpinnya.
Tidak banyak
pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah
diajarkan di sekolah – sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan
Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada
sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan
(dalam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode
kepemimpinan, yaitu :
v
Kepemimpinan
yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya
atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai
keahlian dari orang – orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing
motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang
pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang
jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah
proses untuk membawa orang – orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu
tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi
inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar
serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai
beberapa generasi. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tsb ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
v
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia selalu
tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.
v
Seorang
pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang – orang
yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan
(termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya,
dsb), melakukan kegiatan sehari – hari seperti monitoring dan pengendalian,
serta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
C. Perilaku Kepemimpinan
Tangan Yang Melayani
Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode kepemimpinan,
tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam
buku Ken Blanchard disebutka perilaku seorang pemimpin, yaitu :
Ø
Pemimpin
tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh – sungguh
memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam
perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.
Ø
Pemimpin
focus pada hal – hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Ø
Pemimpin
sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik
pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyelaraskan
(recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesame.
Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman
Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani
menurut Ken Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan
yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku
Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur
kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan
dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman,
menunjukkan pemimpin – pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima
kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan selalu
mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar
gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out ).
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan
adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga,
bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi
negerinya. ” I
don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be
leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”,dikatakan
dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika
Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda
atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat
tangan dapat menjadi pemimpin di lain waktu.
Sering kali
seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang
dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota
tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati
adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam
maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji
bahkan dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin.
Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan
hati (humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru
melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang
rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun – tahun.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala – galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan
dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis
kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemimpinan
sejati, yaitu :
Ø
Q berarti
kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan
intelektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan
spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ
yang cukup tinggi.
Ø
Q leader
berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek visioner
maupun aspek manajerial.
Ø
Q leader
berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca ‘chi’ dalam bahasa Mandarin
yang berarti kehidupan).
Ø
Q keempat
adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang
sungguh – sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan
mengendalikannya (self management atau qolbu management).
Menjadi seorang
pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh
senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu)
yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun
pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.
Rangkuman
kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
·
Perubahan
karakter dari dalam diri (character chage).
·
Visi yang jelas
(clear vision).
·
Kemampuan atau
kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh
suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan
berkembang baik secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya dengan orang lain
(pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John
Maxwell, ” The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day
I stop growing, somebody else takes the leadership baton. That is way it always
it.” Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa
bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tsb.
II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL
Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian
masalah yang relative pelik dan rumit,
Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan
kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh
kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati
bawahannya. Kehidupan yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang
mampu menciptakan suasana kondusif.
Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian
masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah
diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local
masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan
local masyarakat setempat. Contohnya adalah masalah banjir yang di alami
masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di
wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal
pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana
agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti,
penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit
air yang meluber ke jalan.
Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat
Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakukan sosialisasi terkait pembangunan
gorong – gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal
tersebut kepada pengusaha serta pemilik bangunan dalam surat No. 620/676/ke/07
, tertanggal 27 desember 2007
BAB III
PENUTUP
III.1
KESIMPULAN
Kata pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa
kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,
apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau
kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap
teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari
kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki
dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang
tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses
internal (leadership from the inside out).
III.2 SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan
pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu dipupuk dan
dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja
Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa.
Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar